Ibarat matahari yang pasti terbit dari ufuk timur, globalisasi merupakan keniscayaan. Globalisasi ditandai dengan kerakusan, persaingan tanpa etika, dan intimidasi mematikan. Oleh karena itu, jika kita ingin tetap bertahan sebagai bangsa yang merdeka dan mandiri bahkan menjadi yang terdepan, kita harus meningkatkan keunggulan daya saing bangsa. Salah satu pilihan kebijakan utama untuk mencapai hal ini adalah peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa.
Bagaimana sesungguhnya posisi Indonesia di tingkat dunia? Kualitas sumber daya manusia berdasarkan Human Development Index (HDI) tahun 2011, ternyata dari 187 negara, Indonesia menduduki peringkat ke-124 di bawah Filipina (ranking ke-112), Thailand (ke-103),Vietnam (ke-76), Malaysia (ke-61), Brunei (ke-33) dan jauh di bawah Singapore yang menduduki peringkat ke-26. Posisi Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Timor Leste dengan peringkat ke-147. Fakta inilah mendorong Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA terpanggil untuk mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang menyediakan layanan pendidikan unggulan (excellent education service) di tingkat pendidikan menengah. Visinya mencetak anak bangsa menjadi pribadi yang unggul berdaya saing tinggi dengan memiliki akhlakul karimah yang sempurna. Oleh karena itu, dasar strateginya adalah (a) mengantarkan lulusannya masuk ke perguruan tinggi negeri/swasta papan atas, baik dalam negeri maupun luar negeri (bukan hanya sekedar telah mengikuti ujian nasional) agar kelak di kemudian hari menjadi insan unggul, mandiri dan berdaya saing global, serta (b) memberikan pelajaran agama Islam (muadalah) secara intensif dan terstrukur guna meningkatkan pengetahuan dan amaliah syariah Islam secara utuh.
Sebagai strategi operasional untuk merealisasikan visi tersebut, adalah :
- Cakupan pembelajaran tidak hanya sebatas pada Standar Nasional Pendidikan (SNP), namun lebih dari itu antara lain Cambridge University agar menghasilkan lulusan yang mampu bersaing memasuki perguruan tinggi papan atas, baik dalam negeri maupun luar negeri.
- Dalam mendukung maksud butir (a) di atas, lembaga pendidikan unggulan ini telah mengkreasi dan menerapkan sistem pembelajaran yang efektif melalui pola: (1) matrikulasi di awal sekolah guna menyetarakan kemampuan setiap peserta didik, (2) program dauroh (review) pada setiap jenjang bahasan setiap mata-pelajaran maupun per semester, (3) program try-out secara berkala dilakukan hampir sepanjang semester, dan (4) pengujian dan pengukuran kemampuan setiap peserta didik berdasarkan standar kelulusan SNMPTN, bukan hanya sekedar ujian nasional (UNAS).
- Menerapkan kurikulum pembelajaran agama Islam berdasarkan kurikulum Al-Azhar Mesir, maupun perguruan tinggi Islam luar negeri lainnya, seperti Maroko, Yaman, Sudah, dan Tunisia. Catatan : spesimen ijazah PP Amanatul Ummah telah menjadi bagian dari administrasi Al-Azhar sebagai bukti pengakuan terhadap tingkat kelayakan kompetensi lulusan pondok pesantren ini.
Syukur alhamdulillah, sejak awal berdiri lembaga ini telah mengukir prestasi yang membanggakan, antara lain: (1) semua peserta didik lulus ujian nasional dengan nilai rata-rata di atas rata-rata regional maupun nasional, (2) hampir seluruh peserta didik di jenjang pendidikan menengah atas/aliyah telah masuk perguruan tinggi papan agtas pada fakultas favorit, antara lain: kedokteran, teknologi informasi, pharmasi, dan sebagainya, serta (3) banyak lulusan yang memperoleh bea-siswa memasuki fakultas favorit pada perguruan tinggi ternama, antara lain: Unair, Unbraw, UGM, ITS dan lainnya, serta Al-Azhar, maupun Maroko.
Hal yang perlu dicatat bahwa PP Amanatul Ummah bukanlah lembaga berorientasi mengejar rente (rent seeking), namun sebagai lembaga sosial nir-laba di bidang pendidikan.
Berbagai prestasi dan reputasi tersebut menimbulkan antusiasme masyarakat yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Namun, hal yang memprihatinkan adalah sampai sejauh ini PP Amanatul Ummah tidak sanggup menampung seluruh pendaftar karena keterbatasan daya jangkau layanan optimal. Sampai saat ini tercatat bahwa daya saing masuk ke PP Amanatul Ummah adalah 2:1 artinya jumlah siswa baru yang diterima hanyalah 50% dari jumlah pendaftar.